Selasa, 13 November 2012

SEBUAH KESALAHAN BESAR TENTANG SITUS ASKEP

membijaki sabuah situs blog yang saya baca tentang teori ASKEP yang saat ini sedang naik dauunya didunia internet ... saya menanggapi bahwa apa yang slama ini dipelajari , teori ttg ASkep itu sangat tidak masuk akal , mengapa kita sebagai Mahasiswa tidak belajar lgsunk dari respon pasien itu sendiri , dan bukan mengandalkan diagnosa, teori ASKEP atau apalah... mengapa kita sebagai mahasiswa tidak berpikir itu, pada saat dilapangan dan terjun didunia keperawatan , apa pasien akan menanyakan ..."sus ASKEP saya bagaimana " hahhah..gak mngkin kan pasien nanya itu , justru pasien akan menanyakan respon yang ia dapatkan saat sakit itu ... Jadi, apakah sebenarnya dampak dari konsep asuhan yang salah (mungkin salah satunya dari pelajaran instan di internet tentang asuhan keperawatan) 1. Paradigma keperawatan jadi kabur dengan kedokteran. Mungkin hal itu salah satu faktor yang mendasari perawat akan terus menjadi asisten dokter. Karena pola pikir yang ditanamkan adalah pola pikir kedokteran yang membedakan pasien dengan diagnosa medis tanpa melihat respon pasien. Yaitu menyamakan antara pasien satu dengan pasien yang lain asal penyakitnya sama walaupun tahu, responnya berbeda. 2. Perawat jadi acuh tak acuh kepada pasien. Dengan memutuskan diagnosa terlebih dahulu, perawat jadi tidak mengetahui bagaimana sesungguhnya respon pasien. Terutama berkaitan dengan diagnosa non biologis. Perawat menganggap remeh keluhan pasien ketika dia mengatakan tidak bisa tidur. Ketika bertemu dengan pasien yang mengatakan bosan, disuntik terus, perawat tidak peduli. Dan itulah cermin pembelajaran. Akibat terlalu terpusat kepada medis, perawat merasa di luar tindakan medis, hal itu bukan tugas perawat. Anda lihat di rumah sakit-rumah sakit, banyak perawat yang duduk-duduk (merasa) tanpa kerjaan, menunggu jam “nyuntik” pasien. 3. Perawat jadi tidak tahu akan diagnosa profesi perawat itu sendiri. Ketika ditanya TB, perawat hafal. Ketika ditanya DHF, perawat dapat menjelaskan dengan lancar. Tapi apakah anda pernah mendengar tentang diagnosa ketidakberdayaan, takut, mengembara, tidak bisa memakai baju sendiri, resiko keracunan, siap untuk tidur lebih baik dsb. Hal itu dikarenakan semenjak kuliah, perawat tidak pernah diperkenalkan akan diagnosa profesinya. Selalu diagnosa medis. Jumlah mata kuliah yang membahas diagnosa keperawatan tidak memadai. Contohnya, dalam setiap laporan keperawatan, selalu nyeri (bahkan tidak tahu nyeri apa??) selalu jadi yang nomer satu dalam laporan. Diikuti oleh imobilisasi, ketidak seimbangan nutrisi dsb. Diagnosa selanjutnya yang non fisiologis hanya ada dua. Kurang pengetahuan dan cemas. Sungguh enak sekali para pembuat asuhan keperawatan langsung menentukan masalah pasien tanpa memberikan sebuah contoh yang nyata dan variatif. 4. Yang paling berbahaya adalah yang banyak mendownload materi dari internet tentang asuhan keperawatan adalah mahasiswa. Apabila sejak mahasiswa mereka telah diberikan konsep yang salah tentang membuat rencana asuhan keperawatan, tidak dibiasakan menilai respon pasien, berfikir kritis dsb. hal itu akan berdampak kepada dunia keperawatan selanjutnya. contohnya saya ...saya sebagai mahasiswa menjadi sangat mudah apabila diberi tugas membuat ASKEP..yah tggal di download ajah diinternet ....gampangkan ....nah pdahal itu suatu kesalahan besar...benar2 gak real.. respon pasien hnya dinilai dengan teori ASKEP.... nonsen...!!! Lalu bagaimana solusinya ??? 1. Ketika (perawat) akan mempublish asuhan keperawatan dengan kasus penyakit tertentu tolong sertakan contoh kasusnya, berikan analisanya sampai dengan keluar diagnosanya. Pada intinya, gambarkan di dalam kasus tersebut respon pasien yang muncul. Baik secara biopsikososio maupun spiritual, sehingga kita bisa ikut belajar. Kita tidak perlu terpaku dengan jenis penyakit. Yang jelas yang harus lebih ditonjolkkan adalah keadaan dan respon pasiennya. Karena pada prinsipnya, apapun penyakitnya asal prinsip responnya sama, maka diagnosa yang keluar akan sama. 2. Apabila kita ingin mengetahui tentang teori perkembangan penyakit, kita dapat membacanya di buku-buku teks (textbook) seperti patofisiologi, patologi dsb. Akan tetapi, fokus kajian tetap respon pasien, bukan jenis penyakitnya. Dari patofisiologi penyakit pasien tersebut dapat kita analisa respon tubuh pasien tersebut terhadap penyakit. 3. Berikan contoh kasus yang variatif, dan memperkenalkan semua diagnosa keperawatan. Di semua cabang keperawatan, dari medikal bedah sampai dengan komunitas. Seperti contoh : seorang pasien merasa takut dia tidak akan sembuh dan itu mengganggu pikirannya, kira-kira diagnosanya apa??? Jawab: diagnosanya Fear (atau rasa takut). Jangan hanya nyerii…….saja yang di bahas. 4. Belajar menggunakan NANDA dengan benar. Setelah anda mampu melakukannya, Selanjutnya mengenai perencanaan terserah anda. Kita memaklumi bahwa belum ada model yang benar-benar “sahih” yang dapat dipakai dalam tataran aplikatif di rumah sakit. Kebijakan rumah sakit yang satu dengan lainnya cenderung berbeda-beda. Apakah anda memilih NIC NOC, atau memilih yang lain, terserah anda. Yang jelas sebagai landasan awal, diagnosanya dulu harus benar. 5. Yang paling penting, bagi yang suka memposting asuhan keperawatan dengan basis penyakit, bahkan sampai beratus-ratus, tolong ajarkan juga kepada mahasiswa khususnya yang sering mendownload mengenai prinsipnya. Basis penyakit sebetulnya bukan cara untuk menegakkan diagnosa dari sudut pandang keperawatan. Tetapi sebagai dasar untuk analisa diagnosa, karena diagnosa yang sama untuk penyakit yang sama belum tentu muncul berbarengan. Tetap evidence base nya tergantung bagaimana respon tubuh pasien. Dan hal itu pada umumya hanya berlaku pada respon tubuh/diagnosa fisiologis. Khusus pada pasien yang sadar, untuk respon pasien/diagnosa yang termasuk dalam ranah psikososio dan spiritual, tolong postingkan juga kasusnya dengan analisa diagnosanya. 6. Kadang mahasiswa mendownload asuhan keperawatan untuk memenuhi tugas laporan. Mungkin, untuk laporan pendahuluan, teori dasar penyakit dapat langsung digunakan. (Walaupun, sebetulnya tinggal cari saja di textbook) akan tetapi, tolong diingat sekali lagi bahwa, diagnosa yang ada belum tentu muncul di pasien. Sebagai contoh sekali lagi, pada kasus kanker, mau kankernya dimanapun, di payudara, di mandibula, di kolon, titik tolak pengambilan diagnosa tetap pada respon pasien. Kanker yang metastasenya masih sedikit akan berbeda dengan yang sudah stadium akhir. Jadi base nya bukan penyakit saja/medis. Thx. Semoga bermanfaat

RELASI KREATIVITAS DAN PERILAKU ABNORMAL

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang dan waktu mencakup : • Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi • Sebab-sebab gejala • Cara mengatasi Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan. Kepercayaan biologis penyebab perilaku abnormal harus dikaitkan dengan Hippocrates, dokter Yunani. Dia percaya bahwa perilaku abnormal dapat diperlakukan seperti penyakit lainnya dan otak, yang bertanggung jawab untuk kesadaran, kecerdasan, emosi dan kebijaksanaan, adalah akar penyebab dari perilaku tersebut. Sumber: http://jainiyubmee.blogspot.com/2011/04/makalah-perilaku-abnormal.html Perilaku kreatif memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan perilaku yang umum. Perilaku kreatif seakan-akan “abnormal” karena terkadang tidak lazim ada pada lingkungan tertentu. Hal ini yang membuat, orang kreatif mendapat stigma “gila”. Tetapi, stigma ini akan menghilang jika sebuah perilaku kreatif sudah menjadi kebiasaan dalam suatu masayarakat tertentu. Ciri-ciri perilaku kreatif antara lain: 1. Berani dalam berpendirian, yaitu individu yang memiliki keberanian untuk menyatakan dan mempertahankan pendapat, yang diyakini kebenarannya meskipun bertentangan dengan sebagian besar orang lain. 2. Tidak pernah berputus asa, yaitu orang yang tidak pernah bosan untuk mencoba dan mencoba lagi, sampai ia dapat menemukan jawaban masalahnya atau dapat memecahkan masalah yang dilakukan. 3. Mempunyai inisiatif, yaitu orang yang selalu tampil di depan dalam menghadapi persoalan dan tidak pernah ragu untuk memulai sesuatu dimana orang lain ragu melakukannya serta selalu menjadi pencetus dalam pemecahan masalah. 4. Menyukai pengalaman baru, yaitu orang yang suka mencari pengalaman untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menyukai tantangan yang menguji kemampuan. 5. Mempunyai daya cipta, yaitu orang yang mempunyai ide -ide serta mampu mewujudkan dalam perilaku dan mampu menciptakan hal-hal dan suasana baru dalam interaksinya dengan lingkungan. 6. Mempunyai minat luas, yaitu orang yang tertarik dalam berbagai hal dan berusaha menguasainya sebisa mungkin. 7. Memiliki rasa percaya diri, yaitu orang yang memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya bekerja sendiri, bersikap optimis dan dinamis. Sumber: http://riniaprillia.blogspot.com/2012/10/ciri-individu-kreatif-menurut-para-ahli.html Balas ↓ pujianto pada November 13, 2012 pada 04:42 berkata: nama : pujianto N I M : 11.20.1671 Perkembangan Abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata. Misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan dalam perkembangan abnormal. B. Kriteria Perilaku Abnormal Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain: 1. Statistical infrequency · Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. · Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, keterampilan membaca, dsb. · Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius. · Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal. 2. Unexpectedness · Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi. 3. Violation of norms · Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. · Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. · Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. · Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal. 4. Personal distress · Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. · Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. · Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. · Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum. 5. Disability · Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan. · Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual. Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu. http://agus-suroto.blogspot.com/2012/09/perkembangan-abnormal.html Balas ↓ wati pada November 13, 2012 pada 04:51 berkata: Nama : Sudarwati Nim : 11.20.1687 kelas : B Makna Perkembangan Abnormal Perkembangan Abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata. Misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan dalam perkembangan abnormal. B. Kriteria Perilaku Abnormal Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain: 1. Statistical infrequency • Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. • Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, keterampilan membaca, dsb. • Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius. • Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal. 2. Unexpectedness • Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi. 3. Violation of norms • Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. • Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. • Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. • Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal. 4. Personal distress • Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. • Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. • Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. • Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum

Substansi proses pembentukan perilaku manusia secara Nature dan Nurture

Substansi proses terbentuknya perilaku manusia secara NATURE dan NURTURE Sebelum kita membahas masalah subtansi proses pembentukan perilaku manusia secara Nature dan Nuture, kita perlu mengetahui bagaimana psikologi sekarang ini tersebar di masyarakat, mereka berpandangan salah tentang psikologi. Karena banyak ulasan tentang masalah psikologi tetapi tidak ilmiah dan tidak tepat, serta praktek perdukunan yang dilakukan oleh kalangan yang “sok” psikologis yang menggunakan istilah psikologi. Pemahaman awam, informasi dari media, dan pengalaman pribadi bukanlah satu-satunya sumber kesalahpahaman akan perilaku manusia. Psikologi memiliki banyak pesaing yang tidak ilmiah, seperti “ilmu-ilmu” palmistri, grafologi, ramalan nasib, numerologi, dan yang paling populer, astrologi (Wade & Tavris, 2007). Para psikolog berusaha menjelaskan berbagai persoalan manusia dan meramalkan perilaku manusia. Sebelum kita memperoleh gambaran yang lebih jelas bagaimana psikologi itu kita harus tahu apa psikologi itu?? Psikologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu psyche artinya “jiwa” dan logos artinya “ilmu atau ilmu pengetahuan”. Menurut istilah psikologi berarti ilmu tentang jiwa (Azhari, 2004). Pada dasarnya psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku. Objek yang difokoskan dalam psikologi adalah manusia. Telah bertahun-tahun para psikolog menggeluti masalah perbedaan antarmanusia dan mereka terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang pertama yaitu nativist, adalah pihak yang menekankan pada gen dan karakteristik dasar (yang ada sejak lahir) atau nature. Kubu yang lain adalah golongan empiricist yang lebih menitikberatkan proses belajar dan pengalaman, yang disebut nurture. Nature dan nurture merupakan sebuah pembahasan yang banyak diperdebatkan dalam psikologi. Nature dapat kita artikan sebagai kekuatan biologis yang mengatur perkembangan. Sedangkan nurture mengacu pada kondisi lingkungan dan yang mendukung pengembangan. Faktor-faktor nurture yang mempengaruhi perkembangan manusia bisa berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan faktor ekonomi dan budaya pun juga termasuk kedalamnya. Keduanya saling terkait dan memiliki pengaruh yang sama besar dalam pembentukan karakter dan sikap seseorang. Edward L. Thorndike (1903), salah seorang psikolog terkemuka pada tahun 1900-an memihak kubu pertama ketika ia membuat pernyataan bahwa “Dalam kehidupan manusia, faktor yang paling menentukan adalah hereditas”. Akan tetapi, peneliti yang sezaman dengannya, yaitu John B. Watson (1925), seorang tokoh behavioris dalam ungkapannya yang sangat terkenal, menyatakan bahwa pengalaman mampu menuliskan segala pesan pada tabula rasa-lembaran putih bersih-sifat dasar manusia. Konstribusi nature dan nurture membentuk kesamaan maupun perbedaan antarmanusia. Penelitian dalam genetika perilaku (behavioral genetic) berupaya mengungkap konstribusi dari hereditas (faktor keturunan) dan faktor lingkungan untuk menjelaskan perbedaan individual dalam karakteristik manusia. Kini hampir tidak ada lagi yang orang yang memperdebatkan masalah nature dan nurture. Sebagaimana pernah ditulis oleh seorang ilmuwan, “Perdebatan tentang nature dan nurture telah selesai”[1]. Hampir semua psikolog dewasa ini memahami bahwa pembawaan hasil keturunan dan lingkungan selalu berinteraksi dan menghasilkan bukan hanya sifat-sifat psikologis, namun juga sebagian besar ciri-ciri fisik. Pertama, gen mempunyai dampak bagi pengalaman kita. Di sisi lain, pengalaman memengaruhi gen. Tekanan stres, pola makan, emosi, dan perubahan hormon dapat memengaruhi gen yang aktif maupun yang tidak aktif pada saat-saat tertentu selama hidup seseorang. Pentingnya perbandingan hereditas dan lingkungan adalah persoalan besar di antara para psikolog dan masyarakat umum. Saat ini telah jelas bahwa walaupun beberapa gangguan fisik langka 100 persen adalah keturunan, kecenderungan untuk kebanyakan kondisi normal merupakan hasil kekuatan herediter dan lingkungan yang kompleks. nature berasal dari genetik, bawaan sejak lahir, sedangkan nurture adalah hasil interaksi manusia dengan lingkungannya. Interaksi antara nature dan nurture yang membentuk perilaku manusia, menghasilkan sebuah pembelajaran. Sebagian besar perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk melihat pengaruh nurture terhadap perilaku, ada tahapan yang pertama kali muncul adalah sikap. Komponen dari sikap adalah kognitif, afeksi dan perilaku. Ilmu psikologi dapat mengukur motif dari perilaku individu. Dalam psikologi dari perilaku individu yang dapat diukur adalah knowledge dan skill, sikap kerja (attitude), dan personality. Knowledge dan skill dapat dilihat melalui IQ (yang dilihat adalah kapasitas individu tersebut). Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture". Penjelasan "nature" dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif). Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber perilaku sosial. Misalnya William James, seorang psikolog percaya bahwa walau instink merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun penjelasan utama cenderung ke arah kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini memunculkan "nurture explanation". Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan - "situasi kita" - termasuk tentunya orang lain. Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial - seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perspectives) , kognitif (cognitive perspectives), stuktural (structural perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives). Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah pertanyaan : "Seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para psikolog sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?". Perspektif perilaku menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilaku negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang. Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya diajukan adalah : " Sejauhmana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial ?". Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar, karena masyarakat mengharapkan agar yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna menghidupi keluarganya. Mengapa ? Karena masyarakat mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai "seorang ayah". Perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya.